sahabat dekatnya, Gus Mus (KH Ahmad Mustofa Bisri). Melihat sosok Gus Dur kala itu, Mbah Maimoen bertanya kenapa Gus Dur bisa seberani itu bahkan ketika harus berhadapan dengan rezim otoritarianisme orde baru.
Dalam sebuah forum pengajian, Mbah Moen, sapaannya, bertanya, “Kira-kira apa amaliah Gus Dur sehingga kok (bisa berani) seperti ini?”. Mendengara pertanyaan Mbah Moen, Gus Mus tidak kaget dan tidak heran. Karena pertanyaan ini sering mampir di telinganya dari berbagai elemen masyarakat.
Gus Mus kala itu menjawab spontan saja, “Orang-orang mencintai Gus Dur, karena Gus Dur mencintai orang-orang,” jawab Gus Mus.
Gus Mus juga mengungkapkan kepada Mbah Maimoen bahwa Gus Dur itu sosok yang cuek. Dia tidak peduli orang lain senang atau membencinya, mereka mencintai atau mencaci-maki. “Gus Dur tetap mencintai mereka,” tutur Gus Mus.
Lantas, Kiai Maimoen bertanya ke Gus Mus, “Kok sampean tahu, Gus?” Gus Mus menjawab, “Lah wong saya itu teman satu kamar dengan Gus Dur, kok.” (KH Husein Muhammad, Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus, 2015). Gus Mus dan Gus Dur memang teman satu kamar ketika mereka sedang menempuh kuliah di Al-Azhar Kairo, Mesir.
Gus Mus menersukan kesaksiannya atas Gus Dur sambil mengatakan bahwa dirinya sangat paham dan mengerti pikiran-pikiran sahabatnya itu.
Gus Dur adalah satu-satunya orang Indonesia yang namanya masih terus didoakan banyak orang. Pikiran-pikirannya masih ditulis, didiskusikan, diseminarkan, dan dikagumi banyak orang hingga saat ini.
Sumber : www.nu.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar